Jogja, berselang 2 tahun setelah terakhir kali saya kesana sepertinya sudah mengalami banyak perubahan.
Dimulai dengan munculnya berbagai objek wisata baru, yang sudah banyak liputannya diweb-web sanaaaa *jedotin pala sendiri kenapa jarang nulis di blog sendiri dalam setahun terakhir*
Jadi kali ini saya akan mengulas dua lokasi aja, iya dua. Karena terbatasnya waktu berlibur dan rapuhnya hati serta jasmani. #DihestekinEaaaak
Dimulai dari pertemuan dengan manusia hasil mutasi genetika pohon beringin, di pos satu gunung lawu.
Sepertinya banyak tulisan perjalanan yang belum saya cantumkan disini.
Nanti...janji...ditulis pas waktu dan inspirasinya sudah berkumpul jadi satu
Kembali ke topik mutasi genetika.
Ya namanya jodoh nggak kemana, jodoh disini bisa diartikan jodoh dalam hal yang meluas, jodoh dalam bidang klayapan seperti ini salah satunya.
Dimulai dari cerita di gunung lawu yang kemudian saya dipertemukan dengan spesies tumbuhan ketika saya menuruni gunung lawu, tepatnya di pos satu. Asik bercumbu dengan dinginnya ujung gelas es teh, kemudian lewatlah segerombolan manusia setengah tumbuhan yang jam 3-4 sore hari baru mulai naik dan sepertinya tidak membutuhkan waktu lama setelah ngobrol kesana kemari menemukan bakat gendeng yang satu strata dan saya melanjutkan turun, pun doyski yang melanjutkan naik diakhiri dengan 'ndes dolano nggonku sesuk ya, mudun solo po jogja tak parani'
Beberapa minggu kemudian saya mendarat dengan awesome di surakarta.
Beneran dijemput, make motor 2 tak yang super mini. Tapi percayalah, motor yang gak ada remnya. Dinaikin ke gunung kidul. Yang turunnya pake acara joget diatas motor. Barakallah saya masih sehat wal afiat menulis sampai hari ini.
Satu lagi yang saya masih belum paham dimodif macam apa yang jelas seharian penuh sedari subuh saya sudah keliling surakarta dari ujung ketemu ujung, diberangkatin ke jogja dari ujung ketemu ujung juga.
Di surakarta saya sempat goler-goleran di pinggir waduk, saya lupa namanya apa gak sempet foto juga keburu penyakit serangan fajar datang dengan tidak sopan.
Berhubung saya sedang kedatangan tamu bulanan, jadinya nggak ada yang namanya naik gunung. Jalan santai. Lumayan sianh saya sudah sampai dijogja dan dibelokin ke taman buah mangunan.
Harga tiketnya nggak sampai 10 ribu, saya lupa. Namanya juga penulis yang barusan bangkit nulis. Jadi semua ceritanya flashback.
Percayalah diatas taman buah yang saya nggak bisa nemu dimana buahnya ini, seharusnya bawa hammock taliin ke pohon trus tidur siang adalah pilihan terbaik.
Kemudian karena masih searah baliknya saya mampir ke hutan pinus imogiri, lagi-lagi saya tidur.
Karena senja sudah mulai terlihat hilalnya, saya lanjut nongki dengan bijaksana ke bantul.
Menyambangi beberapa mas dan mbak pendaki disana, makan sore didepan kampus isi yang dua porsinya magelangan ditambah minum cuma lima belas ribu rupiah. Lubuk hati terdalam saya nangis, maunya mindahin gerobak mamangnya ke surabaya tapi takut digetok bininya.
Karena hari sudah malam, saya kembali dari jogja ke surakarta.
Hari ini, saya kembali ke jogja. Masih dengan perasaan yang sama. Saya masih jatuh cinta dengan jogja. Meskipun bukan lagi tentang taman sari, borobudur maupun elemen pendampingnya.
Dimulai dengan munculnya berbagai objek wisata baru, yang sudah banyak liputannya diweb-web sanaaaa *jedotin pala sendiri kenapa jarang nulis di blog sendiri dalam setahun terakhir*
Jadi kali ini saya akan mengulas dua lokasi aja, iya dua. Karena terbatasnya waktu berlibur dan rapuhnya hati serta jasmani. #DihestekinEaaaak
Dimulai dari pertemuan dengan manusia hasil mutasi genetika pohon beringin, di pos satu gunung lawu.
Sepertinya banyak tulisan perjalanan yang belum saya cantumkan disini.
Nanti...janji...ditulis pas waktu dan inspirasinya sudah berkumpul jadi satu
Kembali ke topik mutasi genetika.
Ya namanya jodoh nggak kemana, jodoh disini bisa diartikan jodoh dalam hal yang meluas, jodoh dalam bidang klayapan seperti ini salah satunya.
Dimulai dari cerita di gunung lawu yang kemudian saya dipertemukan dengan spesies tumbuhan ketika saya menuruni gunung lawu, tepatnya di pos satu. Asik bercumbu dengan dinginnya ujung gelas es teh, kemudian lewatlah segerombolan manusia setengah tumbuhan yang jam 3-4 sore hari baru mulai naik dan sepertinya tidak membutuhkan waktu lama setelah ngobrol kesana kemari menemukan bakat gendeng yang satu strata dan saya melanjutkan turun, pun doyski yang melanjutkan naik diakhiri dengan 'ndes dolano nggonku sesuk ya, mudun solo po jogja tak parani'
Beberapa minggu kemudian saya mendarat dengan awesome di surakarta.
Beneran dijemput, make motor 2 tak yang super mini. Tapi percayalah, motor yang gak ada remnya. Dinaikin ke gunung kidul. Yang turunnya pake acara joget diatas motor. Barakallah saya masih sehat wal afiat menulis sampai hari ini.
Satu lagi yang saya masih belum paham dimodif macam apa yang jelas seharian penuh sedari subuh saya sudah keliling surakarta dari ujung ketemu ujung, diberangkatin ke jogja dari ujung ketemu ujung juga.
Di surakarta saya sempat goler-goleran di pinggir waduk, saya lupa namanya apa gak sempet foto juga keburu penyakit serangan fajar datang dengan tidak sopan.
Berhubung saya sedang kedatangan tamu bulanan, jadinya nggak ada yang namanya naik gunung. Jalan santai. Lumayan sianh saya sudah sampai dijogja dan dibelokin ke taman buah mangunan.
Harga tiketnya nggak sampai 10 ribu, saya lupa. Namanya juga penulis yang barusan bangkit nulis. Jadi semua ceritanya flashback.
Percayalah diatas taman buah yang saya nggak bisa nemu dimana buahnya ini, seharusnya bawa hammock taliin ke pohon trus tidur siang adalah pilihan terbaik.
Kemudian karena masih searah baliknya saya mampir ke hutan pinus imogiri, lagi-lagi saya tidur.
Karena senja sudah mulai terlihat hilalnya, saya lanjut nongki dengan bijaksana ke bantul.
Menyambangi beberapa mas dan mbak pendaki disana, makan sore didepan kampus isi yang dua porsinya magelangan ditambah minum cuma lima belas ribu rupiah. Lubuk hati terdalam saya nangis, maunya mindahin gerobak mamangnya ke surabaya tapi takut digetok bininya.
Karena hari sudah malam, saya kembali dari jogja ke surakarta.
Hari ini, saya kembali ke jogja. Masih dengan perasaan yang sama. Saya masih jatuh cinta dengan jogja. Meskipun bukan lagi tentang taman sari, borobudur maupun elemen pendampingnya.
- 08.19
- 0 Comments