Apa cuma saya disini yang punya kebiasaan jalan dadakan?
Jadi, entah kenapa setiap mau jalan entah ke gunung, ke pantai atau sekedar ngemall saya ini selalu nggak mau ribet. Ngajaknya dadakan, berangkatnya dadakan juga jadinya.
Dan kali ini, masih nggak jauh beda dari cerita dadakan saya sebelum-sebelumnya. Sabtu pagi saya masih ngemilin indomie di kos-kosan, menginjak siang entah angin dari mana saya diajakin nonton di XXI malah curhat maunya nonton bintang barengan sama awan. Dari sini saya yang memang nggak lagi bercanda kekeuh bilang maunya nonton bintang barengan sama awan dan diturutin.
Mengambil destinasi paling dekat dari Kota Surabaya, kami memutuskan untuk ndek-ndek-an (pendek-pendek an) naik ke Gunung Penanggungan yang terletak di Kota Mojokerto, dan janjian berangkat pukul 15.00.
Kenyataannya jam 15.00 saya masih wara wiri laundry, menginjak jam 17.00 saya baru meninggalkan kota Surabaya. #IndonesiaSelaluSepertiIni
Kali ini saya kurang bisa memberikan info mengenai transportasi, karena saya berdua naik motor sampai ke mojokerto sana. Hampir jam delapan malam saya sampai di basecamp gunung penanggungan, nanggung sekalian packing ulang disambi ngopi. Kayanya saya jumat kemaren ngelembur dan jadinya kurang tidur. Kelamaan ngopi saya start mulai mendaki hampir jam sebelas apa setengah dua belasan. Sinting.
Oiya biaya retribusinya 8000 rupiah dan kalian dapet bonusan kantong plastik ukuran besar lumayan buat bawa turun sampah lagi.
Basecamp/Pos 1 - Pos 2
Mengawali awal pendakian saya langsung disuguhi trek landai bahkan berbonus sekian ratus meter. Dari basecamp yang juga bisa disebut pos 1 menuju pos 2 mungkin dibutuhkan waktu sekitar 45 menit perjalanan.
Pos 2 - Pos 3
Dari sini trek mulai menanjak, jalur masih dominan tanah dan pasir. Saya menghabiskan 45 menit lagi dengan mata yang mulai ngajakin badan saya tiduran terserah dimana aja.
Pos 3 - Pos 4/Puncak Bayangan
Dengan sisa kafein dari kopi tadi yang mulai menghilang, saya jalan setengah mirip zombie. Hampir sejam saya jalan menuju pos 4 atau yang juga disebut puncak bayangan. Jalur yang saya lalui juga semakin menyempit dan berpasir. Saya lebih mirip zombie yang terdampar di gurun pasir.
Mendarat dengan mata yang semakin menyipit saya tiduran tanpa SB di rerumputan. Kalau menurut saya, gunung penanggungan ini nggak sedingin gunung-gunung lain pada umumnya, banyak kok pendaki lain yang cuma tiduran tanpa make tenda. Tapi demi keselamatan kalian sendiri selalu bawa kelengkapan pendakian yang safety. Saya bawa tenda, karena udah kelewat ngantuk acara mau gelar tenda terlupakan secara tiba-tiba.
Selanjutnya kita mau kemana? Yap summit. Sekilas penampakan jalur ke puncak pawitra yang gersang saya ambil dari puncak bayangan keesokan harinya.
Summit
Pos 4 - Puncak Pawitra
Dari puncak bayangan ke puncak gunung penanggungan yang juga disebut puncak pawitra ini benar-benar trek yang paling bikin saya pengen nangis gulung-gulung.
Jalur berbatu full menanjak saya lewatin 1,5 jam apa 2 jam an. Ditengah jalan saya sempat menjumpai goa tikus yang bisa digunakan juga sebagai alternatif pengganti tenda.
Jam 3 dini hari saya gulung-gulung di puncak penanggungan.
Naruto shippuden saya nggak tidur dan seharian jalan.
Naruto shippuden saya nggak tidur dan seharian jalan.
- 07.49
- 0 Comments