Bromo pasca erupsi

01.46

Bromo, setelah tiga tahun berlalu.
Di musim penghujan ini saya memang ngidam naik gunung, dan gunung bromo menjadi pilihan karena ketinggiannya yang nggak tinggi-tinggi banget.
Tapi setelah diberitakan erupsi belakangan ini, kemarin akhirnya bromo kembali dibuka. Dan saya langsung kesana, membayar kisah sendu saya sebelumnya yang ini http://suryaningputri.blogspot.co.id/2016/02/katuken-sunrise-yang-terlambat-dan-bromo.html.
Berangkat pukul 00.00 dari surabaya dan masih via pasuruan saya tiba di pos utama pukul 02.30. Harga tiketnya ternyata sudah naik 300%, terakhir saya kesana 10.000 rupiah dan sekarang tiba-tiba sudah mencapai 32.500
Untuk naik ke bromo pos dibuka pukul 03.00 dini hari. Saya mulai dari penanjakan, dari pos utama ke penanjakan mungkin hanya 15 menit dan semua akses bisa dilalui oleh motor maupun mobil. Menunggu sunrise yang masih lamaaaaaaaaaa akhirnya saya kelaparan, saya memulai hari dengan makan mie instan. Lumayan seporsi mie goreng, pop mie, teh hangat dan kopi cukup saya bayar 20.000 rupiah. Disekitar penanjakan banyak warung-warung yang berjualan, gapapa jangan takut kelaparan. Takutlah ketika kamu ditinggalin pas masih sayang-sayangnya. *digampar*
Karena naik kepagian, saya bingung mau ngapain. Berawal dari mau belajar motoin milkyway, akhirnya kesampean. Meskipun kami lupa bawa tripod. Berbekal kamera yang disenderin, alhamdulillah masih kebagian sisa-sisa milky way yang mulai kebiruan.


Menurut beberapa info yang saya baca, jam 1 dini hari adalah waktu dimana milky way mulai muncul. Dan menghilang perlahan sekitar pukul 04.30 pagi.
Melanjutkan penantian, zonk. Sunrisenya ketutup kabut. Yaudah saya melanjutkan turun ke savana.
Setelah erupsi bromo kemarin, ternyata savana jadi nggak se-ijo yang saya bayangkan karena memang masih diselimuti abu erupsi.
Oiya sebagai catatan, saya ndak mau turun ke savana bawa motor matic lagi. Jalannya memang sudah diaspal, dengan sudut kemiringan dan kelokan yang pecah. Saya sangat nggak merekomendasikan buat bawa matic dan turun ke savana apalagi boncengan berdua. Yang nyetir karung beras, yang dibonceng karung gula. Pas naik abis dari savana saya terpaksa harus menyewa jasa ojek, 20.000 rupiah dari savana sampai ke pertigaan penanjakan. Normalnya untuk jasa ojek dari pertigaan yang saya maksud tadi sampai ke savana untuk sekali jalannya 100.000 rupiah. Alhamdulillah saya masih dapat harga murah.
Kembali menuju ke surabaya saya menyempatkan makan siang di bangil, dengan menu nasi punel.
Nasi punel ini menyerupai nasi campur dengan berbagai macam lauk yang menyelimutinya, halah. Dua porsi nasi punel, dua es teh dan satu es sinom dihargai 45.000 rupiah.
Saya kekenyangan, masih cinta pasuruan dan selamat kembali ke peradaban.

You Might Also Like

0 komentar