Yang penting 'Slamet' 3428 mdpl

00.39

Akhirnya setelah sekian lama saya cuti naik gunung, Gunung Slamet menjadi tujuan kedua saya setelah Bromo tempo hari.
Slamet dikenal sebagai atapnya jawa tengah, alias gunung tertinggi-nya disana. Saya awalnya juga nggak kepikiran buat nanjak se-extreme-ini. Setelah menjalani rawat jalan sekian bulan, yang selalu saya jadikan alasan kenapa saya nggak pernah naik gunung lagi hingga bromo tempo hari. Kemudian melewati masa-masa pemulihan dan kenaikan lima kilogram. Sekilas saya lebih mirip paha sapi gelonggongan yang digelar di pasar.
Tapi kali ini mengingat kesehatan saya yang masih rapuh, saya memilih ngikut open trip punya temen. Mp ditentukan di terminal purwokerto, baiklah saya single fighter berjuang menempuh jarak, terjebak macet, bis yang delay dan mendarat di purwokerto dengan masih awesome.
Normalnya jarak surabaya - purwokerto dapat ditempuh selama 10 jam. Saya naik bis jam 20.00 wib dan tiba disana pukul 11.00 wib atau setara dengan 15 jam perjalanan. Baiklah, catatan buat saya sendiri. Seharusnya meeting point pukul 7 paginya saya gak molor sampai jam 11 kalau saya nggak lebih memilih ngepas-pas-in bis yang kurang pas.
Untuk harga tiket bisnya sendiri saya estimasikan 100k. Maklum udah lama jalannya baru sekarang nulisnya *digetok*.
Dari terminal purwokerto saya sudah bersama rombongan dan menuju ke basecamp bambangan, saya sebenernya kurang paham tapi dari percakapan mas-mas yang ada disebelah saya kami ini naik via bambangan tapi melewati baturaden atau salah satu jalur pendakian juga. Ndak apa, mungkin angkotnya anti mainstrem kita semua dianter sampe puncak, nae angkot. Shadis.
Saya yang paling cantik di pendakian kali ini.

Jadi sebelumnya ada 2 lagi peserta perempuan yang entah kenapa tiba-tiba cancel, kalau saya bilang yah rejeki saya dikawal mas-mas yang sangar.

Basecamp - Pos 1
Saya baru memulai pendakian pukul 14.00 wib, ditemani rintik hujan. Saya sendiri baru pertama kali mendaki di musim hujan, maklum saya anak kucing. Kena air dikit udah berasa diseret gelombang tsunami. Saya memilih menggunakan jas hujan panco saya untuk memudahkan pergerakan, dan menempuh hampir dua jam perjalanan melewati pemukiman penduduk, perkebunan kemudian mulai masuk di jalan setapak.
Di pos satu ini sudah dapat ditemukan warung berjajar, jadi kalian nggak usah bingung kekurangan air mineral maupun makanan.

Pos 1 - Pos 2
Selepas dari pos satu, saya sedikit terselamatkan dengan rimbunnya pepohonan. Dan memutuskan untuk melepas jas hujan pun tas keril. Asli saya K.O, bengek dan diselamatkan oleh gerombolan mas-mas yang diatas. *ciumin satu-satu*
Trek yang saya lalui semakin menanjak dan berlumpur, saya beruntung nggak lagi pake sepatu running kaya biasanya dan terselamatkan oleh sepatu trekking ini. 
Selamat dari bahaya tergelincir maupun kemungkinan masuknya lumpur kedalam sepatu.
Saya menempuh pos 1 - pos 2 mungkin sekitar 2 jam-an, dengan lenggang kangkung dan mendoakan mas yang bawain keril saya sehat-sehat jalan didepan.

Pos 2 - Pos 3
Saya sampai di pos 2 pukul 17.00 wib, hujan sudah mulai reda. Disepanjang trek yang saya lalui hingga sejauh pos 3 ini saya hanya berpapasan dengan 3-4 rombongan. Jadi saya simpulkan gunung slamet ini masih lumayan bersih dari alayers yang ndaki pake sendal jepit dan kotak musiknya yang ajibs.
Selepas magrib gerimis kembali menemani perjalanan kami, hampir jam 9an malam akhirnya kami memutuskan untuk menggelar tenda disini dan melanjutkan summit esok dini hari.

Pos 3 - Pos 4 - Pos 5 - Pos 6 - Pos 7 - Pos 8
Karena ngebut jadi saya gabung jadi satu untuk rutenya, saya mulai mendaki lagi pukul 02.00 dini hari. Dan berakhir di pukul 05.00 sarapan di warung yang berada di pos 7 sembari meunggu sunrise yang tertunda. Iya cuacanya masih kabut dan akhirnya saya duduk-duduk menyaksikan sekumpulan awan.
Saya sempat diajak naikan dikit ke pos 8, jaraknya sangat dekat. Mungkin hanya sekitar 15-30 menit pendakian. Disini vegetasi mulai terbuka sampai ke pos plawangan sana, dan akan menjumpai medan batu-batu yang terjal berpasir hingga menuju puncak. Tapi karena sudah kepayahan saya berhenti cukup sampai di pos 8. 
Dan kembali lagi minum kopi.


Baiknya kita duduk bersama, menikmati secangkir kopi dan mulai membicarakan kenapa sering beradu argumen belakangan. Kemudian saling memaafkan dan menyandarkan masing-masing bahu untuk duduk bersebelahan. Saya dengar kopi di pagi hari mampu mencairkan tingginya ego di hati.

SHADIS.
Sekian saya jadinya curhat, pokoknya saya bengek parah di pendakian kali ini, tapi saya bersyukur dan berucap alhamdulillah. Bagaimanapun puncak bukan tujuan, pulang dan kembalilah dengan aman sampai di rumah. Karena di rumah, akan selalu ada senyum yang akan menunggu saya untuk pulang.
Puncak nggak bakal kemana-mana, gunungnya juga nggak akan jalan juga. seperti biasanya saya ucapkan - Semoga dilain waktu kita bertemu, dan berpapasan diperjalanan -
Gunung slamet, untuk kali ini jargon saya selama di blog saya persembahkan untuk pertemuan selanjutnya.
See U.

You Might Also Like

0 komentar